I.
Judul Percobaan
Praktikum
Koloid Pembuatan Selai
II.
Tujuan Percobaan
1. Untuk mengetahui cara pembuatan koloid.
2. Untuk mengetahui cara pembuatan selai nanas.
3. Untuk mengetahui sifat- sifat dari koloid.
III.
Pelaksanaan
Percobaan
·
Hari: Minggu
·
Tanggal: 17 Februari 2013
·
Waktu: Pukul 11.00 WIB
·
Tempat: Parongpong, Lembang
IV.
Alat dan
Bahan
1. Alat
·
2 Buah Baskom Besar
·
1 Buah Sendok Kue
·
2 Buah Pisau
·
1 Buah Blender
·
2 Buah Parutan
·
1 Buah Spatula
·
1 Buah Penggorengan
·
1 Buah Kompor
2. Bahan
·
2 Buah Nanas
·
1 Kilogram Gula Pasir
V.
Landasan
Teori
Pengertian
Koloid
adalah suatu bentuk campuran yang keadaannya antara larutan dan suspensi.
Larutan memiliki sifat homogen dan stabil. Suspensi memiliki sifat heterogen
dan labil. Sedangkan koloid memiliki sifat heterogen dan stabil.
Perhatikan
perbedaan tiga contoh campuran di bawah ini:
·
Campuran antara air dengan sirup
·
Campuran antara air dengan susu.
·
Campuran antara air dengan pasir.
Jika kita
campurkan air dengan sirup maka sirup akan terdispersi (bercampur) dengan air
secara homogen (bening) Jika didiamkan, campuran itu tidak memisah dan juga
tidak dapat dipisahkan dengan penyaringan biasa maupun penyaringan yang lembut
(penyaringan mikro). Secara makroskopis maupun mikroskopis mcampuran ini tampak
homogen, tidak dapat dibedakan mana yang air dan mana yang sirup. Campuran
seperti inilah yang disebut larutan.
Jika kita
campurkan susu (misalnya, susu instan) dengan air, ternyata susu “larut” tetapi
“larutan” itu tidak bening melainkan keruh. Jika didiamkan, campuran itu tidak
memisah dan juga tidak dapat dipisahkan dengan penyaringan (hasil penyaringan
tetap keruh). Secara makroskopis campuran ini tampak homogen. Akan tetapi, jika
diamati dengan mikroskop ultra ternyata masih dapat dibedakan partikel-partikel
lemak susu yang tersebar di dalam air. Campuran seperti inilah yang disebut
koloid.
Jika kita
campurkan air dengan pasir maka pasir akan terdispersi (bercampur) dengan air
secara heterogen dan langsung memisah antara air dengan pasir, yang keadaannya
pasir akan mengendap di dasar air dan dapat dipisahkan dengan penyaringan
biasa, bahkan dapat dipisahkan dengan cara dituang perlahan-lahan. Secara
makroskopis campuran ini sudah tampak hetrogen, dapat dibedakan mana yang air
dan mana yang pasir. Campuran seperti inilah yang disebut suspensi.
Secara
ringkas perbandingan sifat larutan, koloid dan suspensi seperti yang pada Tabel
beikut.
Sifat
|
Larutan
|
Koloid
|
Suspensi
|
Ukuran
|
1 nm
|
1-100 nm
|
> 100
nm
|
Pengyaringan
|
Filter/membran
|
Filter
|
Tidak
dengan filter atau membran
|
Jarak
penglihatan tampak
|
Tidak
nampak
|
Tampak
dengan mikroskop elektron
|
Tampak
dengan mikroskop cahaya
|
Gerakan
|
Molekul
|
Brown
|
Gya berat
|
Lintasan
cahaya
|
Transparan
|
Kadang
tembus cahaya/buram
|
Sering
kali buram mungkin tembus cahaya
|
Efek
tyndall
|
Tidak ada
|
Ada
|
|
Jumlah
fasa
|
Satu
|
dua
|
dua
|
Sistem
koloid terdiri atas dua fase, yaitu fase terdispersi dengan ukuran tertentu
dalam medium pendispersi. Zat yang didispersikan disebut fase terdispersi
sedangkan sedangkan medium yang digunakan untuk mendispersikan disebut medium
pendispersi. Ukuran zat yang didispersikan berkisar dari satu nanometer (nm)
hingga satu mikrometer (µm).
Contoh:
tepung kanji dimasukkan ke dalam air panas maka akan membentuk sistem dispersi.
Di sini air sebagai medium pendispersi, dan tepung kanji sebagai zat
terdispersi.
Jadi, koloid
tergolong campuran heterogen (dua fase) dan setabil. Zat yang didipersikan
disebut fase terdispersi, sedangkan medium yang digunakan untuk mendispersikan
zat disebut medium dispersi. Fase terdispersi bersifat diskontinu
(terputus-putus), sedangkan medium dispersi bersifat kontinu. Pada campuran
susu dengan air, fase terdispersi adalah lemak, sedangkan medium dispersinya
adalah air.
JENIS-JENIS
KOLOID
Jenis-jenis
sistem koloid berdasarkan jenis fasa terdispersi dan medium dispersi seperti
yang tertera pada Tabel di bawah ini.
No.
|
Zat terdispersi
|
Medium dispersi
|
Nama Tipe
|
Contoh
|
1.
|
Gas
|
Cairan
|
Busa
|
Krim kocok, busa bir, busa sabun
|
2.
|
Gas
|
Padat
|
Busa padat
|
Batu apung, karet busa
|
3.
|
Cairan
|
Gas
|
Aerosol
cair
|
Kabut, awan
|
4.
|
Cairan
|
Cairan
|
Emulsi
|
Mayones, susu
|
5.
|
Cairan
|
Padat
|
Emulsi padat
|
Keju, mentega
|
6.
|
Padat
|
Gas
|
Aerosol
|
Asap, debu di udara
|
7.
|
Padat
|
Cair
|
Sol
gel
|
Pati dalam air, selai
Agar-agar dingin
|
8.
|
Padat
|
Padat
|
Sol padat
|
Intan hitam, kaca rubi
|
Dari tabel
di atas dapat diketahui bahwa tidak ada koloid yang terbentuk dari campuran
antara gas-gas. Hal ini disebabkan campuran gas-gas tercampur secara merata
sehingga disebut juga sebagai larutan.
Aeresol
Aerosol ada
yang berupa aerosol cair dan aerosol padat. Aerosol cair merupakan koloid yang
fase terdispersinya zat cair dan medium pendispersinya gas. Contoh aerosol cair
hasil industri adalah pembasmi serangga dalam bentuk spray, hair spray, dan
parfum. Jika disemprotkan di udara, titik-titik zat cair akan tersebar di udara
membentuk koloid aerosol. Aerosol cair yang terjadi secara alami
Contohnya
kabut dan awan.
Kabut
merupakan titik-titik yang tersebar di udara secara merata. Aerosol padat
merupakan koloid yang fase terdispersinya zat padat dan medium pendispersinya
gas. Aerosol padat contohnya asap dan debu. Berbagai asap sebenarnya berupa
partikelpartikel padat sangat halus yang tersebar di udara. Asap berbahaya yang
terjadi di rumah atau di ruangan adalah asap obat nyamuk dan asap rokok yang
berlebihan. Debu juga merupakan partikel-partikel padat sangat halus, yang
tersebar di udara. Debu dapat berada di rumah karena terbawa angin dari luar.
Busa
Busa ada
yang berupa buih dan busa padat. Buih atau busa cair merupakan koloid yang fase
terdispersinya gas dan medium pendispersinya zat cair. Buih yang paling banyak
ditemukan yaitu busa sabun. Contoh lainnya yaitu putih telur yang dikocok.
Udara sebagai fase terdispersi dan putih telur sebagai medium pendispersi.
Di bidang
industri kosmetik ada bahan untuk pengeras rambut yang berupa busa cair atau
foam. Sedangkan di industri makanan contoh bahan berupa busa cair yaitu krem
untuk kue tart. Krem ini dikemas dalam tube seperti pasta gigi.
Busa padat,
fase terdispersinya gas, medium pendispersinya zat padat. Produk busa padat
yang banyak digunakan untuk kemasan barang yang mudah pecah atau rusak adalah
styrofoam. Styrofoam salah satu contoh dari polimer sintetis.
Emulsi
Emulsi
merupakan koloid yang fase terdispersinya dan medium pendispersinya zat cair,
contohnya campuran minyak dan air. Campuran ini cenderung untuk terpisah
sehingga untuk menstabilkan campuran biasanya ditambahkan emulgator.
Bahan yang
merupakan emulsi misalnya cat, pasta gigi, kosmetik (cleansing milk, foundation),
dan salad dressings. Padasalad dressings untuk menyatukan minyak dan air
digunakan emulgator kuning telur. Sabun juga merupakan emulgator untuk
menyatukan lemak/minyak pada tubuh dengan air saat membersihkan badan. Emulsi
padat fase terdispersinya zat cair, medium pendispersinya zat padat. Contoh
mentega, keju, dan jelli.
SIFAT-SIFAT
KOLOID
Berikut
beberapa topik yang akan di bahas mengenai sifat-sifat koloid.
a) Gerak
Brown
b) Efek
Tyndall
c) Muatan
Koloid
d) Koagulasi
e) Koloid
Pelindung
f) Koloid
Liofil dan Koloid Liofob
a. Gerak
brown
Gerka brown
adalah gerak tidak beraturan atau gerak acak atau gerak zig-zag partikel
koloid. Hal ini terjadi karena adanya benturan tidak teratur daari partikel
koloid denga medium pendispersi. Dengan adanya gerak Brown ini maka partikel
koloid terhindar dari pengendapan karena terus-menerus bergerak, sehingga
koloid menjadi stabil. Gerak zig-zag partikel koloid disebut gerak Brown,
sesuai dengan nama penemunya Robert Brown seorang ahli biologi
berkebangsaan Inggris.
Gambar
Robert Brown dan gerak brwon.
Jika kita
amati koloid dibawah mikroskop ultra, maka kita akan melihat bahwa
partikel-partikel tersebut akan bergerak membentuk zigzag. Pergerakan zigzag
ini dinamakan gerak Brown. Partikel-partikel suatu zat senantiasa bergerak.
Gerakan tersebut dapat bersifat acak seperti pada zat cair dan gas( dinamakan
gerak brown), sedangkan pada zat padat hanya beroszillasi di tempat (
tidak termasuk gerak brown ).
Untuk koloid
dengan medium pendispersi zat cair atau gas, pergerakan partikel-partikel akan
menghasilkan tumbukan dengan partikel-partikel koloid itu sendiri. Tumbukan
tersebut berlangsung dari segala arah. Oleh karena ukuran partikel cukup kecil,
maka tumbukan yang terjadi cenderung tidak seimbang. Sehingga terdapat suatu
resultan tumbukan yang menyebabkan perubahan arah gerak partikel sehingga
terjadi gerak zigzag atau gerak Brown.
Semakin
kecil ukuran partikel koloid, semakin cepat gerak Brown yang terjadi. Demikian
pula, semakin besar ukuran partikel koloid, semakin lambat gerak Brown yang
terjadi. Hal ini menjelaskan mengapa gerak Brown sulit diamati dalam larutan
dan tidak ditemukan dalam campuran heterogen zat cair dengan zat padat
(suspensi).
Gerak Brown
juga dipengaruhi oleh suhu. Semakin tinggi suhu sistem koloid, maka semakin
besar energi kinetik yang dimiliki partikel-partikel medium pendispersinya.
Akibatnya, gerak Brown dari partikel-partikel fase terdispersinya semakin
cepat. Demikian pula sebaliknya, semakin rendah suhu sistem koloid, maka gerak
Brown semakin lambat.
b. Efek
tyndall
Efek tindal
yaitu efek penghamburan cahaya oleh partikel koloid. Efek tyndall ini ditemukan
oleh John Tyndall (1820-1893), seorang ahli fisika Inggris. Oleh karena itu
sifat itu disebut efek tyndall. Efek Tyndall adalah efek yang terjadi jika
suatu larutan terkena sinar. Pada saat larutan sejati (gambar kiri) disinari
dengan cahaya, maka larutan tersebut tidak akan menghamburkan cahaya, sedangkan
pada sistem koloid (gambar kanan), cahaya akan dihamburkan.
Hal itu
terjadi karena partikel-partikel koloid mempunyai partikel-partikel yang
relatif besar untuk dapat menghamburkan sinar tersebut. Sebaliknya, pada
larutan sejati, partikel-partikelnya relatif kecil sehingga hamburan yang
terjadi hanya sedikit dan sangat sulit diamati.
Gambar hamburan cahaya oleh air santan kelapa (koloid)
dan larutan gula yang bukan koloid
Contoh efek
tindal dapat dilihat pada kedua contoh berikut
Gambar penghamburan cahaya oleh sistem koloid (gambar
kiri)
Contoh efek
tindal dalam kehidupan sehari:
· Jika sinar
matahari masuk melalui celah ke dalam ruangan, pada sinar tsb terlihat debu”
beterbangan (daerah ini terlihat leih terang).
· Jika koen
liat film di bioskop, trus ada org ngrokok. Keplaken ae wong iku pek… asap
rokok yg mengepul ke atas mengakibatkan cahaya proyektor terlihat lebih terang
dan gambar pada layar menjadi buram.
· Sorot
lampu mobil pada malam hari yg berkabut terlihat lebih jelas, tetapip jalan
kelihatan tidak jelas.
c. Adsorpsi
Adsorpsi yaitu
penyerapan pada permukaan partikel koloid oleh adanya gaya adhesi zat-zat
asing. Daya adsorpsi koloid sangat besar karena permukaan partikel koloid yang
sangat luas bila dibandingkan permukaan zat padat dengan jumlah yang sama.
Partikel
koloid sol tersebut tidak selalu mengadsorpsi ion yang sama. Hal itu tergantung
pada muatan yang berlebih dari medium pendispersinya. Misalnya, jika sol AgCl
terdapat pada medium pendispersi dengan kation Ag+ berlebih, maka
AgCl akan bermuatan positif. Sedangkan jika AgCl terdapat pada medium
pendispersi dengan anion Cl- berlebih, maka sol AgCl akan bermuatan
negatif.
Koloid yang
berbeda akan mengadsorpsi zat-zat yang berbeda pula. Sifat adsorpsi koloid ini
umumnya digunakan untuk mengadsorpsi/membuang kotoran/warna dan bau, memisahkan
campuran, memekatkan bijih tambang, dan proses pemurnian lainnya.
Gambar penyerapan suatu zat oleh zat pengadsorbsi
Contoh : Koloid
Fe(OH)3 bermuatan positif karena permukaannya menyerap ion H+.
Sedangkan koloid As2S3 bermuatan negatit karena
permukaannya menyerap ion S2. Perhatikan gambar.
Gambar Absorbsi pada permukaan koloid
Adsorbsi berbeda dengan absorbsi, absorpsi
penyerapan yg terjadi di seluruh bagian. Sifat adsorpsi partikel koloid dalam
kehidupan sehari digunakan pada proses-proses berikut.
·
Penjernihan air
·
Penghilangan kotoran pd proses pembuatan sirup
· Proses
menghilangkan bau badan
·
Pengguanaan arang aktif
d. Koagulasi
Koagulasi
yaitu penggumpalan partikel koloid yang terjadi karena kerusakan stabilitas
sistem koloid atau karena penggabungan partikel yg berbeda muatan sehinggas
membentuk partikel koloid yg lebih besar. Koagulasi dapat dilakukan dengan cara
mekanik dan kimiawi:
· Cara
mekanik : pemanasan, pendinginan dan pengadukan.
· Cara
kimiawi : penetralan silang atau menghilangkan muatan dan penambahan
elektrolit.
Contoh proses-proses
yang memanfaatkan sifat koagulasi dari koloid :
a)
Pengolahan karet dari bahan mentahnya ( lateks ) dengan koagulan berupa asam
format.
b) Proses
penjernihan air dengan menambahkan tawas. Tawas aluminium sulfat (mengandung
ion Al3+) dapat digunakan untuk menggumpalkan lumpur koloid atau sol
tanah liat dalam air (yang bermuatan negatif).
c) Jika sol
Fe(OH)3 yang bermuatan positif ditambah sol As2S3
yang bermuatan negatif, maka akan terjadi koagulasi.
d) Proses
terbentuknya delta di muara sungai. Terjadi karena koloid tanah liat dalam air
sungai mengalami koagulasi ketika bercampur dengan elektrolit dalam air laut.
e) Asap atau
debu pabrik dapat digumpalkan dengan alat koagulasi listrik ( pesawat Cottrel
). Metode ini dikembangkan oleh Frederick Cottrel ( 1877 – 1948 ).
f) Proses
yang dilakukan oleh ion Al3+ atau Fe3+ pada penetralan
partikel albuminoid yang terdapat dalam darah, mengakibatkan terjadinya
koagulasi sehingga dapat menutupi luka.Pengolahan Air Bersih
Pengolahan
air bersih didasarkan pada sifat-sifat koloid, yaitu koagulasi dan adsorpsi.
Air sungai atau air sumur yang keruh mengandung lumpur yang merupakan partikel
koloid. Selain itu terdapat pula zat-zat warna, zat pencemar, seperti limbah
detergen, dan pestisida. Bahan-bahan yang diperlukan untuk pengolahan air
adalah tawas biasanya aluminium sulfat, pasir, klorin atau kaporit, kapur
tohor, dan karbon aktif. Tawas berguna untuk menggumpalkan lumpur agar lebih
mudah disaring. Tawas juga membentuk koloid Al(OH)3 yang dapat
mengadsorpsi zat-zat warna atau zat-zat pencemar, seperti detergen dan
pestisida.
Apabila
tingkat kekeruhan air yang diolah terlalu tinggi, maka digunakan karbon aktif
di samping tawas. Pasir berfungsi sebagai penyaring. Klorin atau kaporit
berfungsi sebagai pembasmi hama (desinfektan), sedangkan kapur tohor berguna
untuk menaikkan pH, yaitu untuk menetralkan keasaman yang terjadi karena
penggunaan tawas.
Pengolahan
air bersih di kota-kota besar pada prinsipnya sama dengan pengolahan air
sederhana yang dijelaskan di atas. Mula-mula air sungai dipompakan ke dalam bak
prasedimentasi. Di sini lumpur dibiarkan mengendap karena pengaruh gravitasi.
Lumpur dibuang dengan pompa, sedangkan air selanjutnya dialirkan ke dalam bak ventury.
Pada tahap ini dicampurkan tawas dan gas klorin (preklorinasi).
Pada air
baku yang kekeruhan dan pencemarannya tinggi, perlu dibubuhkan karbon aktif
yang berguna untuk menghilangkan bau, warna, rasa, dan zat organik yang
terkandung dalam air baku. Dari bak ventury, air baku yang telah
dicampur dengan bahan-bahan kimia dialirkan ke dalam accelator. Di dalam
bak accelator ini terjadi proses koagulasi, lumpur dan kotoran lain
menggumpal membentuk flok-flok yang akan mengalami sedimentasi secara
gravitasi. Selanjutnya, air yang sudah setengah bersih dialirkan ke dalam bak
saringan pasir. Pada saringan ini, sisa-sisa flok akan tertahan. Dari bak pasir
diperoleh air yang sudah hampir bersih.
Air yang
sudah cukup bersih ini ditampung dalam bak lain yang disebut siphon, di
mana ditambahkan kapur untuk menaikkan pH dan gas klorin (postklorinasi) untuk
mematikan hama. Dari bak siphon, air yang sudah memenuhi standar air bersih
selanjutnya dialirkan ke dalam reservoar, kemudian ke konsumen.
Elektroforesis
Peristiwa
elektroforesis adalah peristiwa mengalirnya partikel-partikel koloid menuju
elektroda, bergeraknya partikel koloid ke dalam satu elektroda menunjukkan
bahwa partikel-partikel koloid bermuatan listrik. Gejala ini dapat diamati
dengan menggunakan alat sel elektroforesis seperti pada gambar.
Gambar sel elektrolisis
Dispersi
koloid dimasukkan ke dalam tabung U kemudian dicelupkan elektroda pada mulut
tabung. Apabila kawat dihubungkan dengan sumber arus listrik searah dan arus
listrik mengalir lewat elektroda positif dan negatif maka partikel koloid akan
bergerak ke salah satu elektroda. Partikel dispersi koloid yang bermuatan
negatif akan bergerak menuju elektroda bermuatan negatif.
Dengan
menggunakan sel elektroforesis dapat ditentukan muatan dari partikel koloid.
Elektroforesis dapat dipakai untuk memisahkan protein-protein dalam larutan.
Muatan pada protein berbeda-beda, tergantung pH. Dengan membuat pH larutan
tertentu (misalnya dalam larutan penyangga), pemisahan molekul-molekul protein
yang berlainan jenis terjadi.
e. Koloid Pelindung
Koloid
pelindung adalah koloid yang bersifat melindungi koloid lain agar tidak
mengalami koagulasi sehingga koloid menjadi lebih stabil. Koloid pelindung akan
membentuk lapisan di sekeliling partikel koloid yang lain. Lapisan ini akan
melindungi muatan koloid tersebut sehingga partikel koloid tidak mudah
mengendap atau terpisah dari medium pendispersinya.
Contohnya:
· Pada
pembuatan es krim digunakan gelatin untuk mencegah pembentukan kristal besar es
atau gula.
· Zat-zat
pengemulsi ( sabun dan deterjen ).
·
Butiran-butiran halus air dalam margarin distabilkan dengan lesitin.
·
Partikel-partikel karbon dalam tinta dilindungi dengan larutan gom.
·
Warna-warna dalam cat distabilkan dengan oksida logam dengan menambahkan minyak
silikon.
· Pada
industri susu, kasein digunakan untuk melindungi partikel-partikel minyak atau
lemak dalam medium cair.
f. Koloid Liofil dan Koloid Liofob
Berdasarkan
sifat adsorpsi dari partikel koloid terhadap medium pendispersinya, dikenal dua
macam koloid yaitu: koloid liofil dan koloid liofob
· Koloid
liofil yaitu koloid yang ”senang cairan” (bahasa Yunani : liyo = cairan; philia
= senang). Partikel koloid akan mengadsorpsi molekul cairan, sehingga terbentuk
selubung di sekeliling partikel koloid itu. Contoh koloid liofil adalah kanji,
protein, dan agar-agar.
Ciri-cirinya
Sol Liofil
1) Dapat
dibuat langsung dengan mencampurkan fase terdispersi dengan medium
terdispersinya
2) Mempunyai
muatan yang kecil atau tidak bermuatan
3)
Partikel-partikel sol liofil mengadsorpsi medium pendispersinya. Terdapat
proses solvasi/ hidrasi, yaitu terbentuknya lapisan medium pendispersi yang
teradsorpsi di sekeliling partikel sehingga menyebabkan partikel sol liofil
tidak saling bergabung
4)
Viskositas sol liofil > viskositas medium pendispersi
5) Tidak
mudah menggumpal dengan penambahan elektrolit
6)
Reversibel, artinya fase terdispersi sol liofil dapat dipisahkan dengan
koagulasi, kemudian dapat diubah kembali menjadi sol dengan penambahan medium
pendispersinya.
7)
Memberikan efek Tyndall yang lemah
8) Dapat
bermigrasi ke anode, katode, atau tidak bermigrasi sama sekali.
· Koloid
liofob yaitu koloid yang ”benci cairan” (phobia = benci). Partikel koloid tidak
mengadsorpsi molekul cairan. Contoh koloid liofob adalah sol sulfida dan sol
logam.
Ciri-ciri
Sol Liofob
1) Tidak
dapat dibuat hanya dengan mencampur fase terdispersi dan medium pendisperinya
2) Memiliki
muatan positif atau negative
3)
Partikel-partikel sol liofob tidak mengadsorpsi medium pendispersinya. Muatan
partikel diperoleh dari adsorpsi partikel-partikel ion yang bermuatan listrik
4)
Viskositas sol hidrofob hampir sama dengan viskositas medium pendispersi
5) Mudah
menggumpal dengan penambahan elektrolit karena mempunyai muatan
6)
Irreversibel artinya sol liofob yang telah menggumpal tidak dapat diubah
menjadi sol
7)
Memberikan efek Tyndall yang jelas
8) Akan
bergerak ke anode atau katode, tergantung jenis muatan partikel
PEMBUATAN
SISTEM KOLOID
Terdapat dua
cara pembuatan koloid yaitu cara kondensasi dan cara dispersi.
1. Cara Kondensasi
Reaksi
dekomposisi rangkap.
Misalnya:
1. koloid As2S3
dibuat dengan gaya mengalirkan H2S dengan perlahan-lahan melalui
larutan As2O3 dingin sampai terbentuk sol As2S3
yang berwarna kuning terang.
As2O3(aq)
+ 3H2S(g) → As2O3 (koloid) + 3H2O(l)
Koloid As2S3
bermuatan negatif karena permukaannya menyerap ion S2
2. sol AgCl
dibuat dengan mencampurkan larutan AgNO3 encer dan larutan HCl
encer. Reaksinya:
AgNO3(ag)
+ HCl(aq) → AgCl (koloid) + HNO3(aq)
Reaksi
redoks.
Misalnya:
sol emas atau sol Au dapat dibuat dengan mereduksi larutan garamnya dengan
melarutkan AuCl3 dalam pereduksi organik formaldehida HCOH. Reaksi
yang terjadi:
2AuCl
(aq) + HCOH(aq) + 3H2O(l) → 2Au(s)
+ HCOOH(aq) + 6HCl(aq)
Sedangkan
sol belerang dapat dibuat dengan mereduksi SO2 yang terlarut dalam
air dengan mengalirinya gas H2S. Reaksi kimia yang terjadi:
2H2S(g)
+ SO2(aq) → 3S(s) + 2H2O
Reaksi
hidrolisis.
Hidrolisis
adalah reaksi suatu zat dengan air. Misalanya: sol Fe(OH)3 dapat
dibuat dengan hidrolisis larutan FeCl3 dengan memanaskan larutan
FeCl3 atau reaksi hidrolisis garam Fe dalam air mendidih.
FeCl3(aq)
+ 3H2O(l) → Fe(OH)3 (koloid) + 3HCl(aq)
(Koloid
Fe(OH)3 bermuatan positif karena permukaannya menyerap ion H+).
Sol Al(OH)3
dapat diperoleh dari reaksi hidrolisis garam Al dalam air mendidih.
AlCl3(aq)
+ 3H2O(l) → Al(OH)3 (koloid) + 3HCl(aq)
Reaksi
pergantian pelarut
Cara ini
dilakukan dengan mengganti medium pendispersi sehingga fasa terdispersi yang
semulal arut setelah diganti pelarutanya menjadi berukuran koloid. Misalnya:
untuk membuat sol belerang yang sukar larut dalam air tetapi mudah larut dalam
alkohol seperti etanol dengan medium pendispersi air, belarang harus terlebih
dahulu dilarutkan dalam etanol sampai jenuh. Baru kemudian larutan belerang
dalam etanol tersebut ditambahkan sedikit demi sedikit ke dalam air sambil
diaduk. Sehingga belerang akan menggumpal menjadi pertikel koloid dikarenakan
penurunan kelarutan belerang dalam air.
Sebaliknya,
kalsium asetat yang sukar larut dalam etanol, mula-mula dilarutkan terlebih
dahulu dalam air, kemudianbaru dalam larutan tersebut ditambahkan etanol maka
terjadi kondensasi dan terbentuklah koloid kalsium asetat.
2. Cara Dispersi
Cara Mekanik
Cara mekanik
adalah penghalusan partikel-partikel kasar zat padat dengan proses penggilingan
untuk dapat membentuk partikel-partikel berukuran koloid. Alat yang digunakan
untuk cara ini biasa disebut penggilingan koloid, yang biasa digunakan dalam:
Ø Industri
makanan untuk membuat jus buah, selai, krim, es krim,dsb.
Ø Industri
kimia rumah tangga untuk membuat pasta gigi, semir sepatu, deterjen, dsb.
Ø Industri
kimia untuk membuat pelumas padat, cat dan zat pewarna.
Ø
Industri-industri lainnya seperti industri plastik, farmasi, tekstil, dan
kertas.
Cara Peptisasi
Cara
peptisasi adalah pembuatan koloid/sistem koloid dari butir-butir kasar atau
dari suatu endapan/proses pendispersi endapan dengan bantuan suatu zat
pemeptisasi (pemecah). Zat pemecah tersebut dapat berupa elektrolit khususnya
yang mengandung ion sejenis ataupun pelarut tertentu. Contoh:
Ø Agar-agar
dipeptisasi oleh air, karet oleh bensin
Ø Endapan
NiS dipeptisasi oleh H2S, endapan Al(OH)3 oleh AlCl3
Ø Sol Fe(OH)3
diperoleh dengan mengaduk endapan Fe(OH)3 yang baru terbentuk dengan
sedikit FeCl3. Sol Fe(OH)3 kemudian dikelilingi Fe+3
sehingga bermuatan positif
Ø Beberapa
zat mudah terdispersi dalam pelarut tertentu dan membnetuk sistem koloid.
Contohnya: gelatin dalam air.
Cara Busur
Bredig
Cara busur
Bredig ini biasanya digunakan untuk membuat sol-sol logam, sperti Ag, Au, dan
Pt. Dalam cara ini, logam yang akan diubah menjadi partikel-partikel kolid akan
digunakan sebagai elektrode. Kemudian kedua logam dicelupkan ke dalam medium
pendispersinya (air suling dingin) sampai kedua ujungnya saling berdekatan.
Kemudian, kedua elektrode akan diberi loncatan listrik, seperti gambar.
Gambar Cara busur listrik Bredig
Panas yang
timbul akan menyebabkan logam menguap, uapnya kemudian akan terkondensasi dalam
medium pendispersi dingin, sehingga hasil kondensasi tersebut berupa
pertikel-pertikel kolid. Karena logam diubah jadi partikel kolid dengan proses
uap logam, maka metode ini dikategorikan sebagai metode dispersi.
VI.
Cara Kerja
1. Siapkan
dua buah nanas yang masih segar.
2. Lalu
kupas kulit nanas hingga bersih, kemudian cuci dengan air.
3. Setelah
dicuci kemudian nanas dipotong kecil kecil.
4. Kemudian
potongan nanas tadi diparut dan
diblender hingga menjadi lembut.
5. Selanjutnya
dimasukkan kedalam penggorengan untuk dimasak tanpa menggunakan minyak, sambil
diaduk aduk secara berkala.
6. Selagi
dimasak masukan gula pasir sedikit demi sedikit agar dapat mengetahui tingkat
kemanisan yang diinginkan.
7. Setelah
mengental, selai nanas dapat diangkat dari penggorengan dan ditiriskan, lalu
disimpan ke toples selai yang tertutup rapat.
VII.
Data Hasil Pengamatan
Waktu
(Menit
Ke-)
|
Perubahan
|
Keterangan
|
1
|
Kental
berair dan berwarna kuning terang
|
|
5
|
Cair
namun warnanya tetap
|
Mulai mendidih
|
10
|
Kental,
warnanya mulai berubah kuning keemasan
|
Mendidih
|
15
|
Kental
dan menguap, warna tetap
|
|
20
|
Kental,
tidak berair, dan warna tetap
|
|
25
|
Kental,
warna kuning keemasan pekat
|
Jika didiamkan adonan
akan meletup-letup
|
30
|
Kental,
warna tetap
|
|
35
|
Tetap
|
|
40
|
Tetap
|
VIII.
Diskusi
Hasil Percobaan
Setelah
selai selesai dibuat, kami mendiskusikan hasil percobaan kami, campuran nanas
yang sudah dihaluskan dan air jika ditambahkan gula akan menyatu dan membuat
adonan menjadi kental, namun jika terlalu lama akan menghasilkan produk lain
dan berbeda tekstur dengan selai.
IX.
Kesimpulan
Selai
merupakan salah satu produk koloid yang terdapat dikehidupan sehari-hari. Selai
termasuk kedalam jenis sol dan pembuatannya dengan cara mekanik, cara mekanik
adalah penghalusan partikel-partikel kasar dan padat dengan proses penggilingan
yang dapat membentuk partikel-partikel berukuran koloid. Zat terdispersinya padat dan medium
dispersinya adalah cair.
X.
Daftar
Pustaka